SURABAYA, Refrensi.id – Industri hulu migas tidak hanya berbicara tentang eksplorasi dan produksi energi, tetapi juga tentang bagaimana kekayaan alam dikelola dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Melalui berbagai inisiatif social investment, energi yang diangkat dari perut bumi kini berubah menjadi energi sosial yang menghidupkan masyarakat di permukaan.
Kesadaran itu kembali ditegaskan dalam Forum Program Pengembangan Masyarakat (PPM) SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) yang digelar di Surabaya, Selasa (21/10/2025). Kegiatan ini mempertemukan SKK Migas, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), pemerintah daerah, BUMD, dan mitra pelaksana CSR untuk memperkuat arah kebijakan pembangunan sosial di sektor hulu migas.
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas menegaskan bahwa industri hulu migas kini tak hanya diukur dari volume produksi, tetapi juga dari nilai keberlanjutan yang dihasilkan.
“Keberlanjutan adalah kata kunci untuk generasi yang akan datang,” tegasnya dalam forum tersebut.
Sejalan dengan komitmen itu, SKK Migas memperbarui pedoman pelaksanaan PPM melalui PTK 017 Buku 3, yang kini mencakup metodologi pengukuran tata kelola dan dampak sosial secara lebih akuntabel. Pembaruan ini menjadi tonggak penting untuk memastikan bahwa setiap kegiatan sosial industri migas benar-benar menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan.
Forum PPM Kalsul tahun ini dikemas dalam suasana sharing session yang hangat dan inspiratif. Kegiatan dibuka dengan paparan SKK Migas mengenai strategi memperkuat implementasi social investment berbasis data dan dampak.
Kisah sukses datang dari Ibu Rudi, pemilik Rumah Makan Bu Rudi yang kini menjadi ikon kuliner nasional. Ia membagikan pengalaman membangun usaha dari lokal hingga dikenal luas berkat ketekunan, inovasi, dan kemitraan yang kuat.
Inspirasi juga hadir dari Deryansha Azhary, podcaster muda yang aktif mengembangkan ekonomi kreatif. Ia mendorong peserta untuk beradaptasi terhadap perubahan zaman melalui digitalisasi dan kolaborasi.
Perwakilan dari ExxonMobil dan Pertamina turut memaparkan praktik terbaik dalam pembinaan UMKM di wilayah operasi masing-masing. Mereka menunjukkan bahwa kemitraan antara industri, pemerintah, dan masyarakat dapat menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Berbagai program social investment di sektor hulu migas kini telah menyentuh banyak lini kehidupan. Mulai dari program pendidikan dan wirausaha di Aceh, pengembangan koperasi nelayan di pesisir Riau, hingga pembentukan sentra UMKM di Kalimantan dan Sulawesi.
” Energi yang diangkat dari kedalaman bumi pada akhirnya menjadi energi yang mengangkat martabat manusia,” ungkap salah satu peserta forum menggambarkan makna sosial dari kegiatan tersebut.
SKK Migas bersama KKKS juga terus memperkuat praktik ramah lingkungan, seperti efisiensi energi, pengelolaan limbah terpadu, konservasi kawasan pesisir, hingga pemulihan lahan pascaoperasi. Prinsip ini menegaskan bahwa keberlanjutan energi hanya dapat tercapai bila alam dijaga dengan sungguh-sungguh.
Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) kini menempati posisi strategis sebagai etalase kolaborasi sosial hulu migas nasional. Di bawah koordinasi SKK Migas Perwakilan Kalsul, berbagai perusahaan KKKS di wilayah ini memperlihatkan praktik terbaik dalam membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, BUMD, dan masyarakat.
Pendekatan yang partisipatif, terukur, dan berbasis data sosial menjadikan Kalsul sebagai rujukan nasional dalam pengembangan masyarakat yang adaptif terhadap dinamika lokal.
Dengan sinergi semacam ini, Kalsul bukan hanya wilayah operasi yang produktif, tetapi juga ruang pembelajaran sosial—tempat energi kembali menjadi kehidupan.
Social investment hulu migas kini bukan sekadar tanggung jawab sosial perusahaan, melainkan cerminan visi masa depan bangsa.
Dari Sabang sampai Merauke, hulu migas hadir bukan hanya sebagai penghasil energi nasional, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial dan ekonomi daerah.
Sebuah pesan yang menggema dari forum ini menutup dengan kuat:
” Kehidupan masyarakat seperti apa yang kita inginkan di masa depan, sangat bergantung pada bagaimana kita menjalankan bisnis hari ini.”
Dengan langkah berkelanjutan yang berpihak pada manusia dan alam, industri hulu migas Indonesia sedang menulis bab baru — bab tentang energi yang tidak hanya menggerakkan mesin, tetapi juga menghidupkan harapan.











+ There are no comments
Add yours