Makna Foto Pendiri di Jersey Barito Putera: Simbol Cinta, Amanah, dan Kebanggaan Banua

BANJARMASIN, Refrensi.id – Di balik desain jersey PS Barito Putera yang tampak sederhana, tersimpan makna yang begitu mendalam. Klub kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan ini menjadi satu-satunya di Indonesia bahkan mungkin di dunia yang menampilkan foto kedua pendirinya, almarhum H. Abdussamad Sulaiman HB dan almarhumah Hj. Siti Nurhayati, di bagian dada kiri jersey, tepat di posisi jantung.

Langkah berani dan sarat makna ini bukan sekadar penghormatan terhadap sosok pendiri, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap amanah, cinta, dan pengabdian yang telah diwariskan dari generasi ke generasi keluarga besar Barito Putera.

Owner PS Barito Putera, Hasnuryadi Sulaiman, menegaskan bahwa keputusan tersebut lahir dari niat tulus untuk menjaga nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh sang ayah dan ibu — nilai yang menjadi pondasi berdirinya klub berjulukan Laskar Antasari ini.

“Abah dan Mama berpesan kepada kami bahwa Barito Putera tidak hanya tentang sepak bola, bukan hanya tentang olahraga. Banyak nilai-nilai yang beliau tinggalkan dan diamanahkan kepada kami, anak-anak dan cucu-cucunya. Itu yang ingin terus kami jaga dan hidupkan,” ujar pria yang akrab disapa Bang Hasnur, Senin (3/11/2025).

Menurutnya, sejak awal berdiri, Barito Putera dibangun atas dasar semangat kekeluargaan dan nilai moral yang kuat. Ada delapan nilai utama yang diajarkan oleh almarhum H. Abdussamad Sulaiman HB, yakni cinta, keluarga, persatuan dan kesatuan, semangat pantang menyerah (wajah sampai kaputing), konsistensi, istiqomah, loyalitas tanpa batas, dan legacy.

“Yang paling penting adalah, sekali keluarga, selamanya kita adalah keluarga Barito Putera,” tegasnya.

Bang Hasnur kemudian mengenang momen penuh haru saat klub ini didirikan. Barito Putera lahir bukan dari ruang rapat atau forum resmi, melainkan dari sebuah kamar rumah sakit, saat sang ayah tengah bersiap menjalani operasi besar. Namun semangat dan kecintaannya terhadap sepak bola serta Banua tak pernah padam.

“Saat itu Abah dalam kondisi sakit dan akan menjalani operasi. Namun justru di saat seperti itulah, beliau memutuskan untuk mendirikan klub baru. Sebelumnya Abah sudah memiliki Persenus, Persatuan Sepak Bola Nusantara, tapi beliau ingin mendirikan klub Galatama yang bisa membawa nama Banua lebih tinggi. Dari situlah lahir PS Barito Putera,” kenangnya.

Nama “Barito Putera” sendiri diambil dari Sungai Barito, yang mengalir menyatukan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Nama ini dipilih untuk melambangkan semangat persatuan, perjuangan, dan kehidupan.

“Seperti sungai Barito yang menyatukan berbagai daerah di Kalimantan, Abah ingin klub ini menjadi pemersatu, bukan hanya di lapangan, tapi juga di hati masyarakat Banua,” ujarnya.

Penempatan foto kedua pendiri di dada kiri jersey, menurut Hasnuryadi, bukan tanpa alasan. Posisi tersebut bertepatan dengan jantung, simbol cinta dan semangat hidup.

“Foto Abah dan Mama yang ada di dada kiri, tepat di jantung, menjadi simbol kecintaan dan pengingat bagi kita semua. Ketika pemain mengenakan jersey ini, mereka membawa amanah. Mereka tidak hanya berjuang untuk menang, tapi juga untuk menjaga nama baik, nilai-nilai, dan kehormatan Banua,” jelasnya.

Bagi Hasnuryadi, setiap jersey Barito Putera bukan sekadar seragam pertandingan, melainkan “zirah perang”, simbol perjuangan dan pengabdian di lapangan hijau.

“Saya sampaikan kepada para pemain, pelatih, dan manajemen, bahwa ketika kita mengenakan zirah perang Barito Putera, berarti kita menerima amanah untuk menunjukkan semangat juang, cinta, serta wajah sampai kaputing demi menjunjung harkat dan martabat Pride of Banua,” tegasnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa sepak bola bagi keluarga besar Barito Putera bukan hanya olahraga, tetapi juga bentuk ibadah dan pengabdian.

“Sepak bola bagi kami bukan sekadar olahraga. Ini adalah ibadah dan pengabdian. Ketika kita memberikan yang terbaik, berjuang dengan jujur, disiplin, dan penuh cinta, itu juga bagian dari amal. Abah selalu menekankan itu,” tuturnya.

Keberadaan foto kedua orang tuanya di jersey Barito Putera juga menjadi wujud rasa syukur dan terima kasih atas perjuangan mereka yang telah mewariskan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar klub sepak bola — yaitu warisan nilai, cinta, dan persaudaraan.

“Kami sangat bersyukur kepada Abah dan Mama yang telah mendirikan Barito Putera. Kami meneruskan perjuangan mereka bukan hanya sebagai keluarga, tapi sebagai bagian dari masyarakat Banua. Ini milik kita semua. Milik warga Banua yang mencintai Barito Putera,” ujarnya haru.

Ia pun berharap agar nilai-nilai yang diajarkan oleh kedua orang tuanya terus hidup dan diamalkan, bukan hanya oleh pemain, tetapi juga seluruh masyarakat Banua.

“Nilai-nilai yang diajarkan Abah dan Mama tentang cinta, kejujuran, kesetiaan, dan semangat pantang menyerah semoga tidak hanya diterapkan di lapangan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita,” tambahnya.

Bagi keluarga besar Barito Putera, klub ini bukan sekadar simbol prestasi olahraga, melainkan manifestasi perjuangan, cinta, dan dedikasi untuk Banua.

“Barito Putera bukan hanya klub sepak bola. Ini tentang semangat, tentang persaudaraan, tentang keluarga. Ini tentang kebanggaan Banua. Dan selama kita menjaga amanah Abah dan Mama, insya Allah Barito Putera akan terus menjadi kebanggaan Kalimantan Selatan,” tutup Hasnuryadi penuh keyakinan.

Dengan filosofi dan nilai-nilai yang diwariskan oleh pendirinya, Barito Putera melangkah ke masa depan bukan sekadar untuk menang di lapangan, tetapi untuk terus menjadi simbol kebanggaan, pengabdian, dan cinta abadi bagi Banua Kalimantan Selatan tercinta.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours